Senin, 04 Agustus 2014

Volume 5 Chapter 9 : On the Street Today




Di Jalan Hari Ini

Pasti udah pada nonton animenya kan, kalau Seto itu punya logat yang aneh dengan akhiran -ssu! Itulah yang sempat membuat Kano marah pada chapter ini.

===================================================

Aku ingin tahu apakah gadis itu berhasil mengambil kembali tubuh aslinya.

Karena sekarang dia sudah kembali, mungkin tidak ada artinya sama sekali lagi, tapi itu cukup baik untukku dapat mengeluh untuk terakhir kalinya.

Bagaimanapun, kembali ke hari-hari di atap, karena aku tak punya pilihan lain selain mendengarkan omelan mengerikannya, aku senang bahwa aku akhirnya bisa menyuarakan mengutarakan keluhanku.

Sekarang kalau dipikir-pikir, bagaimana bisa dan sejak kapan aku mulai menceritakan orang lain tentang kisahku sendiri?

Hal ini, mungkin, pertama kalinya aku pernah melakukan hal seperti ini.

Alasan mengapa aku bisa bercerita tentang kisah hidupku sendiri sedemikian lancar seperti itu kemungkinan besar karena aku sedang berbicara dengannya seorang gadis yang mudah curiga.

Mengapa aku merasa bahwa, aku dan gadis yang mengerikan ini mirip satu sama lain dalam semacam aspek yang aneh?

Meski sejak itu terjadi, hal seperti itu tidak terlalu penting lagi.

Lampu jalan yang didirikan di sana-sini, menerangi jalan malam di mana aku berjalan. Kilau cahaya redup membuatku merasa sedikit lega.

Dengan setiap langkah yang kubuat, suara gema sepatuku membawa suatu perasaan menyenangkan untuk telingaku. Tanpa kusadari, aku mulai menyukai malam hari.

Lapangan warna hitam dari kulitku tampaknya hancur.

Berkat angin malam, kata-kata kotor yang mungkin terucapkan akan dipalsukan.

Berkat kegelapan, hati tak sedap dipandang yang menyimpang ini dapat diampuni.

… Sebelum kusadari, aku telah berubah.

Ini sangat luar biasa bagaimana aku bahkan tak bisa mengerti diriku sendiri.

Di mana aku yang hanya bisa dikenali melalui rasa sakit sudah tidak mampu melakukan hal-hal seperti memastikan keberadaanku sendiri.

Namun, tak ada lagi gunanya untuk memikirkannya.

Sedikit lagi, semuanya akan berakhir.

Kami yang tidak berdaya dan akan segera hancur akibat semacam kegelapan yang bahkan gelap tidak bisa cocok dengannya.

… Namun demikian, aku melakukan sesuatu yang buruk pada mereka kemarin.

Bahkan jika itu hanya mereka, aku ingin membantu mereka melarikan diri. Namun, pada akhirnya, aku tak bisa melakukan apapun.

Seperti yang ular tersebut katakan, “para ular” akan berkumpul di sekeliling “sang ratu” dengan naluri. Pemuda itu juga tak terkecuali.

Aku sungguh tak bisa mengubah apapun.

Bahkan ketika aku berniat mengubah sesuatu, semuanya ternyata sama persis dengan apa yang dikatakan ular tersebut,

Bahkan jika apa yang ular tersebut katakan tentang alasan mengapa dunia ini diciptakan adalah benar, tidak ada yang bisa kita lakukan.

Sebenarnya, apa arti dari kebahagiaan itu?

Untuk hal yang akan jadi begini, dapat dikatakan bahwa hal seperti itu tidak ada dari awal.

Itu benar. Aku tidak bisa berpikir bahwa waktu yang kuhabiskan di rumah itu, dapat berubah seperti ini, hanyalah sebuah karya fiksi.

Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki seseorang. Dan kuhentikan langkahku.

Ketika aku ke berbalik arah itu, aku bisa melihat sosok familiar dari Seto.

“Ah~ Akhirnya! Kau di sini rupanya!”

Katanya, melambaikan tangannya dengan lebar dan berlari ke sampingku.

“Huff~ Kau tahu, aku terus mencarimu sejak aku menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku? Jika kau ingin pergi ke suatu tempat, setidaknya beritahu kami terlebih dahulu! Itu terlalu kejam!”

“M-Mengapa pula kau harus melakukan itu? Aku hanya pergi untuk sementara waktu.”

Ketika aku mengatakannya, Seto meniup pipinya.

“Hei! Semua orang khawatir tadi malam!? Jika kau tak pulang, setidaknya hubungi kami!”

Menerima serangkaian kata-kata menjemukan dari Seto, aku bisa merasakan sesuatu mulai naik di perutku.

Bagaimana kau bisa menggunakan bahasa sok seperti itu ketika kau benar-benar tak menyadari segalanya?

“Aku paham aku paham. Gyaa gyaa dasar berisik.”

Saat aku memuntahkan kata -kata seperti itu, “Ada apa dengan cara bicaramu~! Aku begitu karena khawatir padamu”, Seto terkulai, tanpa peduli.

…Bahkan aku mengerti makna di balik kata-katanya.

Tentu saja, aku tahu bahwa mereka khawatir padaku.

Namun, meski itu benar-benar tidak sengaja, hatiku“sendiri” telah menjadi tidak dapat memahami apapun dan meledak, karena membawa rasa sakit yang besar. Adanya celah, perasaan yang gelap mulai meluap; Aku tak bisa apa-apa lagi.

“Begitu mengjengkelkan! Kenapa kau tak cukup diam saja!!?”

Teriakanku menggema di sepanjang jalan malam.

“Jangan mengatakan hal-hal egois seperti itu ketika kau bahkan tidak mengerti apa-apa!! Bicaralah dengan normal! Kau mengkhawatirkanku? Kata-kata dangkal seperti itu …”

Perasaanku berturut-turut meluap dari mulutku. Bahkan diriku sendiri tidak tahu apa yang aku ucapkan lagi.

“A-Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba…”

“Cukup… Cukup hentikan tata bicaramu yang seperti itu!! Apa… Kenapa kau…”

Aku berlutut di atas tanah. Dari kedua mataku, air mata mulai tumpuh dan jatuh.

“Kenapa semuanya berubah…? Baik Seto dan Kido… Mengapa tak ada yang pernah memperhatikanku!?… Bahkan Kakak harus mati sendirian seperti itu… Aku tak bisa menerima semua ini lagi…”

Aku seperti sudah dipecah menjadi berantakan dan lembek.

“Sudah cukup… Dunia ini…”

“Kano…”

Berjongkok, Seto merangkul bahuku dengan erat.

“Ini baik-baik saja. Sudah tak apa-apa…”

“Apa… Apanya yang “baik-baik saja” bagimu? Sialan…”

Tidak ada yang bisa dianggap “baik-baik saja.”

Akan lebih baik jika dunia kejam semacam ini berkahir saja. Jika begitu…

“Aku minta maaf karena tidak memperhatikanmu. Meskipun kita telah bersama selama ini…”

Aku tidak bisa lagi mengatakan apapun untuk menanggapi kata-kata Seto.

“… Percuma. Aku ketakutan… Aku tak bisa memberitahu siapa pun… Oleh karena itu…”

Tanpa syarat apapun, Seto menepuk punggungku, sementara aku nyaris ambruk.

“Aku tahu. Maaf karena telah membiarkanmu menanggung seluruh beban sendirian… Dari sekarang, mari kita memikul tanggung jawab bersama-sama oke?”

“… Karena kita saudara.”

Seperti nostalgia.

Mengingatkanku saat kami masih di “Ruang 107” panti asuhan, malam ketika kami berdua gunakan untuk berbicara tentang rahasia satu sama lain.

***

Aku berjalan bersama dengan Seto dalam perjalan ke tempat persembunyian itu.

Bagaimana semuanya akan bereaksi terhadapa ini?

Akankan mereka membenciku? Aku telah menyembunyikan kisah ini dari semua orang sampai sekarang.

“Itu takkan terjadi. Jangan khawatir!”

Aku terkejut mendengar kata-kata Seto.

“K-Kau menggunakan kekuatanmu lagi…? Rasanya seperti selama ini kau membaca pikiranku terus seperti itu? Begitu aneh…

“E-Eh!? Bukankah kau yang mengatakan kepadaku untuk mendengarkanmu sekarang!?”

“Gehhh! Cukup dengan pembicaraan ini…! Maksudku, tolong jangan menceritakan kisah itu di depan semua orang oke?”

“Ha ha ha! Tak akan! Ini rahasia antara laki-laki!”, kata Seto dengan sinar di wajahnya.

Namun, aku masih menundukkan kepala karena malu. Bagiku karena telah melakukan begitu banyak sikap memalukan…

“Ah~ Aku bersikap benar-benar di luar karakter. Ah~…”

“Sekali-kali itu baik-baik saja, bukan!? Hanya sementara!”

Tak ada perubahan jelas dari penampilan biasanya yang ceria. Apakah dia sungguh menyadari gawatnya situasi kami?

Namun demikian, bahkan jika ia menyadarinya, mungkin dia akan tetap membuat wajah semacam itu. Anak laki-laki menyedihkan yang tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis kini telah tumbuh menjadi seorang pria yang dapat diandalkan.

Hanya seperti itu, kami terus bercakap di jalan pulang ketika tiba-tiba, kami melihat sosok yang berdiri di depan mesin penjual otomatis.

“Urghh… Seseorang yang merepotkan telah muncul…”

Ketika seseorang itu tampaknya telah menyadariku dan Seto, ia mulai berlari ke arah kami.

Dia mengenakan sesuatu menyerupai gaun rumah sakit yang tampaknya telah diambil dari suatu tempat. hitam panjang yang terikat twintails.

“… Eh? Siapa orang itu?”

“… Ene.”

Saat aku menyelesaikan kalimatku, otak Seto berhenti bekerja.

Mau bagaimana lagi. Garis antara 2D dan 3D tidaklah mudah untuk dilintasi. Tidak ada orang yang mungkin bisa melintasinya dengan mudah

“Ehhhh!? Bukankah Ene seharusnya jauh lebih … padat?…”

“Siapa yang kau pikir kau sebut padat? Huh?”

Gadis dengan tampilan yang tidak menyenangkan di matanya kini berdiri di samping kami. Dia melotot tajam pada Seto.

“Bukan maksduku!? Ah, sungguh bukan apa-apa~…”

Seto yang tidak dapat menahan tekanan, mulai menghindari matanya.

“… Kenapa kau tak memperkenalkanku sebagai “Kak Takane” saja?”

Takane membuat wajah masam saat ia bertanya padaku.

“Err… Terlalu merepotkan… Bukankah itu cara yang bagus?

“Hmm~… Kak Takane adalah cara panggilan yang Kakak tujukan padamu… baiklah, dari sekarang kami akan memanggilmu Takane!”

“Aku ini lebih tua dari kalian…” - Takane berkata tidak puas, tapi dia tidak menolak panggilan itu.

“… Sekarang kalau dipikir-pikir itu, ada apa denganmu? Perasaanku saja atau kau tampaknya jauh lebih hidup sekarang? Tampak seolah-olah kau akan mati beberapa saat yang lalu…”

 “S-Sama sekali tidak~ Banyak hal yang terjadi kau mengerti? Oh, dan tolong jangan beritahu siapa pun tentang apa yang kukatakan…”

Bahkan ketika aku masih belum menyelesaikan kalimatku, seringai jahat mulai terbentuk pada wajah Takane. Orang ini memiliki kepribadian yang mengerikan. Persis seperti dirinya yang sebelumnya.

“Eh?~ Jadi itu memalukan berpura-pura menjadi Kakakmu untuk pergi ke sekolah eh? Begitu ya aku paham~…”

Takane tidak menyembunyikan niat jahat dalam suaranya.

Gawat. Aku seharusnya tidak mengatakan sepatah katapun untuk gadis ini sama sekali. Situasiku saat ini tidak lebih baik dibandingkan dengan ikan yang keluar dari air sekarang.

“Tapi, tampaknya Takane bisa kembali dengan aman dan sehat eh? Kau pasti begitu bersenang-senang sebagai “Ene” dan dengan semuanya…”

Saat aku mengucapkan kata-kata itu, Takane-chan berjongkok ke tanah dan mulai memegang kepalanya.

“Aku ingin mati Aku ingin mati Aku ingin mati Aku ingin mati…”

Sepertinya aku tepat sasaran.

“Arghhh~… Serius, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku akan melakukannya! Aku pasti akan melupakannya!”

Yah, mau bagaimana lagi 'kan?

Maraknya pengunaan kata-kata “Master! Master!” di depan musuh yang kau begitu benci bahwa kau pasti tidak akan tahan sampai hari ini…

… Itu benar, aku juga harus meminta maaf kepada Shintaro.

Meskipun aku tidak berharap dia untuk memaafkanku atau apa pun, aku harus mengatakan yang sebenarnya tentang segalanya…

“Ada apa? Apakah kau mengkhawatirkan dia?”

Seolah-olah berempati dengaku, Takane, yang telah memegang kepalanya, menoleh ke atas dan menatapku.

“… Kurasa. Aku tak dapat menyangkal kalau aku melakukan hal yang tak bisa dimaafkan kepadanya.”

“Yeah~ Tapi dia itu bukan idiot. Jika kau menjelaskan situasi dengan benar kepadanya, aku cukup yakin dia tidak akan terpengaruh. Aku sendiri juga memiliki banyak hal yang harus kukatakan padanya. Mari kita bicara dengannya bersama-sama!”

“… Tampakya. Kita harus melakukan itu”

Dibandingkan denganku, Takane mengerti banyak hal tentang Shintaro.

Mereka telah menghabiskan waktu yang cukup banyak bersama.

“Ah, sudah kuduga, tak ada gunanya… Aku ingin berteriak hanya karena memikirkannya…”

Tiba-tiba, saat ia mengucapkan kata-kata itu, Takane-chan mulai untuk memegang kepalanya lagi.

“Eh? Ini benar-benar tanpa harapan! Dan apa? Bagaimana bisa kau muntah ketika kau tidak makan apa-apa selama dua tahun!?”

“Tidak, aku sudah makan ramen beberapa waktu yang lalu sebelum aku datang.”

“Uangnya darimana!?”

“Arrghhh~! Mengapa kau begitu berisik!? Apakah tahu berapa lama aku harus bertahan hidup tanpa makan apa-apa!!? Selama dua tahun!? Dua tahun!! Aku harus makan tanpa makan semangkuk tunggal chashu ramen kau tahu!!?”

“Bukan itu maksudku. Dari mana kau mendapatkan uang…”

Ketika kami sedang saling melemparkan komentar, Seto mengangkat tangannya dengan pelan.

Kalau dipikir-pikir, kami benar-benar lupa bahwa Seto selalu berdiri di sana.

“Ada beberapa hal yang aku tidak bisa mengerti dalam cerita ini…”

Seto mengatakannya dengan mata berputar-putar..

Tidak apa-apa jika kita menjelaskan situasi padanya sekarang tetapi lebih baik jika kita kembali ke tempat persembunyian terlebih dahulu. Kemudian kita bisa menjelaskan semuanya di sana.

Namun, seperti yang diharapkan dari Seto, dia bukan seseorang yang akan sembarangan membaca pikiran orang lain.

“… Yah, terlepas dari tindakan kita, situasi akan menjadi pengukir dari sekarang, jadi mari kita pulang dulu oke?”

Untuk membalas kata-kataku, baik Takane dan Seto nampaknya mengatakan “Roger” di saat yang sama.

“Ah, Takane, bisakah kau tahan dengan semua ini? Kau baru saja kembali ke tubuhmu.”

Takane menjawab “humph” dengan suara sengaunya.

“Tentu~saja! Aku juga membuat sebuah janji dengan Ayano. Dari sekarang, mari kita temukan dan berikan pukulan yang baik pada orang tua jenggot itu! Ya, ni tidak dapat diselesaikan sampai aku pergi dan memukulnya!”

Terik mata Takane membuatnya terlihat seperti dia tidak sepenuhnya memahami cerita,tetapi mengingat situasi kami, dia adalah orang yang paling dapat diandalkan.

“Aku juga akan berbicara dengan Mary! Kau tahu~, mungkin kita berada dalam keadaan darurat, tapi dengan semuanya, aku yakin kita akan mampu melakukan sesuatu!”

Seto memukul punggungku sambil berkata kata-kata seperti itu.

“Sakit, itu sakit… Sepertinya~ sungguh~ Aku merasa seperti orang idiot karena melakukan segalanya sendirian”

Setelah diriku mengatakan itu, entah bagaimana, aku tidak sadar sedang tersenyum.

Meskipun kami sedang mendekati akhir dari dunia, semua orang masih tetap sama.

“Semuanya telah berubah. Aku kesepian!”. Meskipun aku telah melewatkan hal penting, itu bukan hal yang buruk juga.

“Heh~ Jadi begitu kau tersenyum.”

Takane berbicara dengan tampak geli dari matanya.

“Eh?”

“Itu benar~! Kano sungguh pemalu sehingga ia hanya tersenyum sesekali!”

Menerima komentar seperti seperti itu, wajahku mulai memanas dalam waktu singkat.

“Oh~? Biarkan aku lihat~ Jadi kau bersembunyi lagi ya?”

Takane tanpa membuang waktu langsung membuat senyum jahat dan mengolok-olokku.

“M-Menyebalkan! Sudahlah, ayo cepat pulang!”

“Roger! Urrrgh~, tapi aku lapar! Mari kita pergi makan sesuatu dulu! Mari makan!”

“Aku bilang, aku sudah makan ramen tadi…”

… Kakak.

Apakah kau lihat sekarang, Kakak?

Tempat kita telah menjadi lebih ramai dibandingkan dengan masa lalu, tetapi untuk kami, kami tidak benar-benar berubah sama sekali.

Hari ini dan mulai sekarang, aku kira kami masih akan terus bermain organisasi rahasia ini. Ini adalah tempat di mana kita tertawa 'kan?

Aku akan segera berbicara “dengannya”, orang yang Kakak begitu cintai, tentang segalanya.

Meskipun kupikir pada akhirnya, dia tidak bisa melakukan apapun saat itu, dan jujur, dia sungguh menyeramkan tetapi dilain cara, dia orang yang menarik.

Aku merasa bahwa jika ia akan pergi dan membawa Kakak kembali dari dunia itu, meskipun itu benar-benar sebuah kisah yang aneh.

Ya, itu benar. nomor Kakak… No.0 telah ditinggalkan untuk selamanya. Namun demikian, ketika kau kembali, mari kita memainkan permainan konyol bersama-sama dengan semua orang sekali lagi!

Karena itulah, tunggulah kami…

Tolong tunggu kami sedikit lagi, Kakak!

Rasanya seperti diriku yang lain mengatakan “Bukankah itu bagus?” dengan sebuah senyum di wajahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar