Kamis, 17 Juli 2014

Volume 2 Chapter 3 : Headphone Actor II


Aktor Headphone II

Dalam hidupku hingga sekarang, pernahkah aku melihat pemandangan yang sedemikian keras?
Dengan setiap langkahku, lampu lalu lintas tampak ambruk, dan gedung-gedung bergoyang tidak menentu.
Dengan seluruh nafas baru yang kuambil, tubuhku dihempaskan oleh angin.

Persimpangan itu penuh sesak dengan orang-orang.
Selanjutnya, tanpa memperhatikan aturan dan arti dari lampu lalu lintas dan tanda lainnya, banyak mobil yang ditinggalkan dalam kekacauan berantakan di jalan-jalan.

Orang-orang yang berteriak sesuatu.
Orang-orang yang menabrak orang lain.

Semua orang berwajah pucat yang sama, meratapi akhir dari dunia.
Untuk sepersekian detik, aku mendengar bayi menangis dan hendak ingin berhenti.

"Kau tidak boleh. Ini akan berakhir dalam 12 menit, kau tak boleh kembali sekarang … Ayo, terus kiri di lampu lalu lintas berikutnya."

Suara yang berasal dari headphone ini, berbeda dengan dunia luar, sangat tenang, dan terus hanya menunjukkan rute dengan cara langsung.
Melakukan hal seperti yang dikemukakannya, aku berkelok-kelok di jalan melewati gelombang orang.

Sampai sekarang, berapa kali aku pernah berjalan dengan segenap kekuatanku?
Sejak aku kecil, Aku terlalu dilindungi, dan tidak diizinkan untuk berjalan di sekitar luar.
Hal ini adalah karena aku punya penyakit di mana aku akan kehilangan kesadaran tanpa alasan pada waktu tak terduga.
Penyakit ini bukanlah sesuatu yang sering terjadi.
Hanya saja, aku tak bisa mengingat apa yang terjadi saat aku pingsan.
Bagian yang hanya bisa kuingat adalah setelah aku membuka mataku.
Hampir seperti setelah bermimpir indah, dengan ingatan dari sebelum aku pingsan menjadi buram.

Melewati kerumunan orang banyak, dan jalan-jalan sempit, aku bergegas keluar ke jalan besar.
"Belok kanan di sini! Hanya tersisa 1 menit lagi ……!"

Suara dari headphone mulai perlahan menjadi tidak sabar.
Tanpa mempedulikan rasa sakit di kedua kakiku, dalam waktu yang lama di mana aku berbelok ke kanan pada momentum tersebut, Aku mendengar sesuatu seperti suara massal besi keras yang runtuh.
Diikuti oleh teriakan, aku tidak bisa menahan diri untuk berbalik.
"…. Cepatlah! Ada seseorang yang ingin kau temui, bukan?! Jadi karena itulah …"

Meningkatkan napasku, dan dengan perasaan kalau paru-paruku seperti terbakar, kesadaranku mulai redup.
Aku bertanya apakah aku akan pingsan lagi.
Sekarang aku berpikir tentang hal itu, kapan terakhir kali aku pernah kehilangan kesadaran?

…… Aku tak bisa mengingat apapun.

Aku bahkan tidak ingat kenapa semuanya kenapa jadi seperti ini, atau bahkan siapa orang yang ingin kutemui….

Meskipun demikian, aku memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang sangat penting di depan.
Dengan perasaan itu, aku hanya melanjutkan maju dengan menempatkan satu kaki di depan kaki lainnya.

—-Melangkah maju, bukit yang aku tuju sudah dapat terlihat di depan mataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar