Kamis, 31 Juli 2014

Volume 5 Chapter 7 : On the Street One Day




Di Jalan Pada Suatu Hari


Aku tanpa suara berjalan kembali ke rumah dalam cahaya redup malam hari. Aku tidak bisa merasakan kehangatan, atau dingin, seolah jika indraku telah tenggelam karena kepanikan.

Wajah kakakku sebelum kematiannya terbakar dalam pikiranku bersamaan dengan sebuah warna oranye.

Kemana aku harus pergi? Aku harus apa? Aku… tidak tahu jawabannya lagi.

Tapi, setidaknya... Aku harus melakukan apa yang ular tersebut katakan. Jika tidak, mereka berdua akan dalam bahaya. Dia mengatakan akan membunuh mereka... Jika aku tidak menepati janjiku, dia pasti akan menggunakan hal paling kejam, metode menyiksa untuk memenuh keinginannya.

Aku bahkan tidak diperbolehkan untuk mati sendiri.

…Tapi, aku juga tidak bisa memberitahu orang lain kebenarannya.

Alasan mengapa aku terus menyeret kakiku adalah karena gema dari kata-kata ular tersebut dari dalam pikiranku.

“Wha— aaah!”

Berlari dengan pikiran yang keruh, tidak aneh jika aku kehilangan pijakanku dan terjatuh. Lantai beton menghantam lututku dengan tajam, berdering kesakitan.

“…!”

Aku memegang tiang di sampingku dan dengan gemetar hingga ke kakiku. Itu mengingatkanku… sebelum aku pulang ke rumah, aku harus kembali ke sosok asliku. Mungkin keberuntungan kalau ini terjadi. Jika aku pulang ke rumah terlihat seperti Kakak, siapa yang tahu apa yang akan ular tersebut...

…Bahkan apa yang aku lakukan?

Kenapa, bahkan setelah kakak tercintaku mati, apakah aku harus berpura-pura menjadi tubuhnya, dan diseret ke dalam penderitaan menggelikan dengan semua kamera yang mengarah ke arahku? Itu terlalu kejam.

Mengapa mereka tidak bisa membunuhku juga, sementara mereka berada di dalamnya? Kenapa tidak mengabulkan harapanku?

“Sial… Sialan!”

Kesal. Mencela. Tidak bisa diselamatkan.

Aku harus apa…seserorang tolong aku… seseorang…!

“Ayano? Huh, kau Ayano, 'kan?”

Aku berpaling ke arah sumber suara itu. Di bawah sinar yang redup, aku bisa melihat siluet dari Shintaro Kisaragi.

“Kau ngapain di tempat seperti ini?”

Huh? Tunggu, aku merasa kesakitan sekarang, tapi kenapa aku tidak kembali ke tubuh asliku?

…Sial. Ini buruk. Dan di saat seperti ini, dari semua orang kenapa aku harus bertemu dengannya? 

“Ada apa? Apa kau merasa tak enak badan? …Oh ya, karena itu, ya 'kan. Guru pasti memarahimu ketika kau menghadiri pelajaran remedial. Ayolah, itu salahmu karena tidak belajar dengan benar. Aku bahkan berusaha membimbingmu sebelumnya dan segalanya…”

“…Diam.”

“A-Apa?! Hei, jangan menatapku…?”

Aku mendorong Shintaro menjauh, dan mundur selangkah.

“Hei! Ada apa denganmu! Kau bertingkah aneh?!”

Aku menoleh ke arahnya, dan mengucapkan kata-kata perpisahanku.

“Semua ini salahmu. Karena tak menyadari apapun… Semuanya adalah salahmu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar