Selasa, 29 Juli 2014

Volume 5 Chapter 3 : Night-Talk Deceive I




Pembicaraan Malam Menipu I

“…sudah kuduga, masih cukup sakit.”

Mau tak mau aku merasa terhentak pada rasa sakit ini.
Menggunakan tanganku untuk menyentuh sumber sakitnya, dari pipi kananku, sakitnya menyebarkan rasa panas seperti api, dari ujung jariku yang dingin ke pusat otakku.
Aku dipukuli sekitar pukul 11 siang.
Meski sudah beberapa jam berlalu, sakitnya tidak seperti akan pergi dalam waktu dekat. Bahkan, pipi kananku semakin panas dan panas, dan tampaknya sudah mulai membengkak.

“Sungguh, ini sesuatu sangat menyusahkan”

Aku mengingat bahwa di kulkas, ada kantong es yang tersisa dari saat Ibu membeli kue
Menggunakan itu, aku harusnya bisa menghentikan pembengkakan ini.
Jika ada bekas luka yang tertinggal, akan menjadi banyak masalah.
Sebelumnya, seorang tetangga wanita terus-menerus bertanya, “Bagaimana kau terluka?” dan “Siapa yang memukulmu?” Benar-benar bikin repot.
Jika, seperti terakhir kali, seorang pria aneh datang ke pintu lagi, aku benar-benar tidak akan mampu menerimanya.
Serius deh, kenapa orang itu terus mencampuri urusanku saat aku merasa jauh lebih baik tanpa bantuan siapa pun?
Benar sekarang, dengan luka sekecil ini, ini bahkan bukan sebuah masalah sama sekali.
Ya, sesuatu seperti rasa sakit tidak perlu untuk dikhawatirkan.

Untuk meningkatkan semangatku, aku perlahan menghela nafas dan memaksa diriku ke belakang dan duduk di bangku.
Pada sore hari, panas yang serupa dengan panas kapal uap mulai mereda, dan aku akhirnya iseng berkeliaran di taman

Bahkan meski langit biru yang luas tidak nampak seperti akan menjadi gelap dalam waktu dekat, sinar matahari mulai terhalang oleh awan, dan langit jauh lebih suram dibandingkan tadi pagi.

Kurang dari sejam yang lalu, anak yang bermain pada luncuran dan berulang kali menggali lubang masih terlihat.
Tapi sekarang, hanya ada seorang anak perempuan yang liar berlatih berayun ke belakang pada jeruji mendatar, dan semua lainnya telah pergi tanpa jejak.
Ini aneh.

Tanpa sengaja, aku berpaling ke arah jam yang bertenaga matahari berdiri di taman, jam itu menunjuk ke 17:00, dan seolah mereka terkoordinasi, siaran menggema yang selama ini diputar juga berhenti.
Hampir seperti, anak-anak yang menghilang itu telah mengikuti “peraturan” yang dibuat oleh seseorang yang bahkan mereka tidak ketahui.

Orang dewasa selalu waspada pada anak-anak yang melanggar peraturan ini. Dengan pemikiran ini, membuat keputusan untuk mereka pulang ke rumah sambil bergandengan tangan bersama merupakan salah satu hal yang cerdas.
Pada akhirnya, dunia yang kita tinggali dibangun dari fondasi yang orang dewasa sebut “peraturan.”

Jika secara terbuka memberontak terhadap peraturan, artinya kau menggali kuburan sendiri.
Hanya mengandalkan peraturan, anak-anak naif bahkan tidak akan tahu bagaimana untuk bertahan hidup sendiri - bahkan jika orang dewasa menyeringai dan menangis, dunia tidak akan berubah sama sekali.
Tentu saja, mereka yang menikmati dunia dan hidup dalam kehidupan biasa saja seperti kami tampaknya tidak memiliki niat untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

Tidak, aku tidak harus berkata seperti itu.

Karena itulah, rasa sakit membakar yang ada pada pipi kiriku kemarin telah berada pada pipi kananku hari ini.
Perbedaan-perbedaan kecil juga dianggap sebagai ‘perubahan.’ Hanya saja hal yang tidak penting tidak begitu membuat dampak pada siapapun

Bahkan kupikir aku orang yang cukup aneh. Aku bisa mengerti sesuatu yang orang lain tidak pikirkan.
Tapi, itu karena aku tidak mempunyai teman seorangpun, dan aku selalu sendiri saat di rumah; Aku memiliki hubungan dengan hal yang vulgar lebih dari yang lain.
Tapi meskipun aku hanya satu langkah di depan anak-anak seusiaku dalam hal pengetahuian, itu sangat tidak normal.

Tidak peduli apa, hari ini, akupun mematuhi “peraturan” yang Ibuku telah buat. 
Menghabiskan sepanjang hari di taman, menyatu dengan anak-anak lain yang bermain, itu adalah bagian dari peraturan.
Pada pagi hari, setelah aku menghangatkan air panas untuk ibuku ketika dia kembali dari kerja dan bersiap untuk sarapan pagi, aku selalu pergi ke taman.
Dari saat itu, sampai senja - dari saat Ibuku keluar kerja hingga dia kembali - aku akan menghabiskan waktu di taman, dan jika aku diperintahkan untuk membeli apapun aku harus membelinya, pulang ke rumah, membersihkan kamarku, dan kemudian tidur.

Sementara membuat seluruh dunia tampak sederhana secara maksimal, aku tidak pernah nampak melakukan sesuatu dengan cukup baik, selalu membuat Ibu marah.
Karena aku lupa untuk membeli tisu toilet kemarin, dan memecahkan suatu cangkir hari ini, Ibu sangat marah padaku.

Setiap kali ibu marah, dia akan memukulku - tapi tangan Ibu yang memukulku, tentu saja, lebih sakit dariku.
Setelah dia memukulku, Ibu akan menangis meminta maaf; Aku tidak pernah tahu bagaimana untuk mengatasi hal ini.
Tapi makin sering aku mencoba untuk melakukan sesuatu lebih baik, makin sering aku membuat kesalahan.
Bahkan jika aku mencoba untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Ibu senang, entah kenapa hasilnya selalu berkebalikan; sangat aneh.
Berbicara di antaranya, pernah sekali, saat remote TV tidak bisa bekerja, Ibu dengan jengkel mengatakannya  “benda tak berguna” dan melemparnya ke tempat sampah.
Saat itu pertama kalinya aku  menyadari - orang-orang yang tidak mengikuti peraturan, hal yang tidak dapat digunakan dianggap “tidak berguna.” 
Dari apa yang aku kumpulkan, “benda tidak berguna” dan “aku” kami sangat serupa.
Selalu menyebabkan Ibuku, yang lelah dari bekerja, menjadi marah tanpa alasan, hanya menyebabkannya merasakan sakit, apakah ada perbedaan antara “benda tak berguna” dan aku?
Seperti “benda tak berguna, ” aku juga mungkin akan digantikan jika tidak memenuhi standar.

Aku tidak dapat mengerti.

Kenapa aku hanya membuat Ibu menjadi tidak bahagia setiap hari?
Karena aku tidak pernah melakukan apapun tapi hanya menyakiti Ibu, kenapa “Aku” terlahir?
Pada akhirnya, untuk “aku” kenapa Ibu bahkan…
Setiap kali kau memikirkan hal itu, dadaku mau tak mau merasa sakit.
Meski aku berhenti menangis atas rasa sakit, meski aku tidak meminta untuk hal ini, entah kenapa, air mata mulai tumpah dari mataku, perlahan menetes turun ke wajahku.
Tidak. Aku tidak boleh menangis. Aku harus memikirkan hal lain.
Jika seseorang melihatku seperti ini, aku tidak akan tahu harus berkata apa.
Jika, seperti tadi, seseorang mencoba untuk membuat masalah untuk Ibu,  akan menyebakan kami tidak mampu untuk tetap bersama...
Itu akan menjadi mengerikan. Aku tidak akan bisa untuk menerimanya. Dunia tanpa Ibuku itu sesuatu yang aku tidak pernah inginkan untuk bahkan kubayangkan.

Ada satu jam yang tersisa.
Ada satu jam sebelum Ibu akan terbangun untuk pergi bekerja, jadi aku memutuskannya akan menjadi ide yang baik untuk tetap di tempat ini hingga saat itu.
Setelah itu, aku berencana untuk membeli cangkir baru untuk menggantikan cangkir yang kupecahkan, kembali ke rumah, dan kemudia tetap di sana.
Tidak peduli apa, selama aku bisa memathi  “peraturan” itu, Ibu tidak akan kesakitan hari ini.
Yang artinya bahwa besok, pasti…
…pasti apa? 

Sebagaimana pertanyaan ini muncul dalam pikirkanku, aku mendengar suara ‘geh’ dan membalikkan tubuh.

Merasa bingung, aku melihat ke pandangan yang kulihat sebelumnya and menemukan perempuan yang pada jeruji mendatar sekarang berbaring telentang di atas tanah.

Aku mengamati perempuan itu berulang-ulang dan terkejut, meskipun dia tidak berusaha bangun dan hanya meregangkan tangannya, terus menatap pada langit di atasnya.

Apa yang sebenarnya dia lakukan dalam posisi seperti itu?
Bahkan seseorang yang tidak terduga sepertiku tidak cukup bodoh untuk untuk berpikir tentang pertanyaan seperti itu.

“Hei, kau!”
Kata yang aku teriakan dengan sembrono tidak menerima jawaban, dan yang bisa kudengar hanya suaraku sendiri yang menggema di taman.
Menghadapi keheningan tak menyenangkan ini membuatku merinding hingga tulang punggung.

“I-ini gawat….!”

Mau bagaimana lagi aku harus berdiri dan, dalam proses tersebut, menggunakan seluruh tenagaku untuk melangkah di atas tanah.
Menghadapi “keadaan darurat” tiba-tiba ini, otakku yang tidak dapat diandalkan - seperti yang diharapkan - berhenti berfungsi.

“Situasi buruk” ini yang seringkali pernah kudengar dari televisi dan dari radio bergegas masuk ke dalam pikiranku seperti gelombang laut.
Jika yang terjadi di depan mataku adalah tepat “itu,” pada saat ini, sisi lain dari kinescope adalah tragedi terbungkus dalam selimut biru.*

Kemudian, pada saat ini, detik ini, tepatnya, ada masalah apa ini?
Jeruji besi di mana gadis itu menantang dirinya untuk tidak berada sangat tinggi di atas tanah, tapi masalah sebenarnya adalah dengan caran ia jatuh.
Dalam dunia ini, ada orang yang bisa terluka parah hanya karena terjatuh dari kursi.
Bahkan jika peralatan itu dimaksudkan untuk berlatuh, jika menabrak bagian tubuh yang rentan, tidak akan aneh jika menimbulkan cedera besar.

“Tapi sungguh, mengapa harus aku…”

Aku melihat pada seluruh arah, tapi tidak terlihat ada orang dewasa.
Seperti tugas besar dipaksakan padaku, aku sangat cemas hatiku sungguh merasa seperti akan meledak.
Tapi aku tidak punya waktu untuk bersantai, tidak ada waktu untuk takut.
Aku terus menatap ke arah tanah, dimana perempuan itu masih tetap, berbaring di atas tanah yang telah digali oleh anak-anak pagi tadi hari ini.
Demi kebaikan, tolong jangan biarkan menjadi cedera serius.
Selagi aku berdoa, Aku mengambil satu langkah terakhir yang memerlukan seluruh tenagaku. Dan pada saat itu…
Perempuan yang tak bergerak sama sekali itu tiba-tiba berdiri.
Rambut hitam panjang sebahu dipasangkan dengan mata rona gelap yang sama, perempuan itu berbalik ke arahku dengan menatap kosong.

Ah, lega sekali. Ya tampaknya seperti tidak ada cedera yang mengancam nyawa. Tidak ada darah, dan kulitnya terlihat baik-baik saja.
Dari yang aku lihat, perempuan itu memiliki wajah yang biasa. Suatu hari, seorang laki-laki pasti akan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama, dan mereka mungkin akan memiliki sebuah keluarga bahagia bersama.
Ah, sungguh, itu bagus bahwa dia tidak memiliki luka yang bertahan lama…

Bersamaa dengan suara “click!” , pergelangan kaki kananku mulai merasa seperti telah kesetrum listrik.
Tentu saja, karena aku hanya hidup sepanjang tahun yang aku masih bisa hitung dengan jari kedua tangan, aku tidak benar-benar telah disetrum atau apapun sebelumnya, tapi ada cara lain untuk mendeskripsikan rasa sakit ini - dalam rentang satu detik, rasa sakit langsung mengalir dari telapak kaki ke kepalaku

Ah, itu benar
Memang, sekitar 0:000 detik yang lalu, aku telah menggunakan seluruh tenaga dalam tubuhku untuk untuk melangkah.
Aku terlalu memikirkan dan mengkhawatirkan perempuan itu, dan dari sudut langkahku ketika aku berlari tampak makin menjauh dari yang seharunsya.
Bagian atas tubuhku yang telah berlari dengan cepat tidak sesuai dengan di mana kedua kakiku ditempatkan.
Dari situasi ini, tidak sulit untuk menebak apa yang terjadi selanjutnya.
Ah - kau, si perempuan, tolong jangan melihatku.

“GAHHHHHHHHH!”

Sebagaimana aku menjerit secara tidak karuan, hampir seperti aku telah dipilih untuk menggunakan suara memalukan ini, aku juga terjatuh ke tanah dalam posisi yang aneh - seperti aku berlatih semua ini sebelumnya.
Jika ini adalah semacam drama komedi di acara TV, aku yakin mereka yang duduk menonton di depan layar TV pasti akan tertawa terbahak-bahak.
Tapi, aku sebaiknya berterima kasih kepada mereka yang cukup santu berpura- pura mereka tertawa.
Bagian yang paling lucu adalah bahwa di tengah-tengah taman yang sunyi, aku meringkuk di lantai, dan aku kehilangan kesempatanku untuk berdiri.
Pergelangan kakiku dan tubuhku memang merasa sakit, tapi itu bukan sesuatu yang layak diperhatikan.
Masalah sebenarnya terletak pada fakta bahwa manusia memiliki sesuatu yang memungkinkan mereka untuk menempatkan rasa sakit dibalik, perasaan mengerikan yang disebut “rasa malu.”
Pikirkanlah. Seseorang tiba-tiba bergegas ke arahmu, kemudian dengan anggun terjatuh ke tanah sambil menjerit dengan suara aneh  - apa yang akan kau pikirkan tentang mereka?
…tidak tidak tidak, semuanya sudah berakhir. Ini mengerikan.
Ah, jika saja aku tidak buru-buru mencoba melakukan hal-hal yang tidak perlu.
Aku harus bagaimana. Dalam situasi seperti ini, aku akan lebih baik bangkit dari tanah dan berlari.
Tidak, aku tidak bisa. Aku telah menyakiti pergelangan kakiku, tidak mungkin aku akan bisa berlari dengan cepat.
Aku akan pasti berlari dengan memalukan yang mungkin rambut orang lain telah berdiri di atas karena ngeri. Aku lebih suka tidak meninggalkan bekas pikiran dari seorang gadis muda dan meninggalkan kenangan buruk.
Karena aku sudah begitu jauh dalam situasi ini, aku pikir harus berbaring, tanpa bergerak sedikitpun, dan biarkan waktu berlalu.
Jujur, aku memang tidak ingin sama sekali untuk diketahui, dikenal oleh perempuan itu, sebagai “anak misterius menyedihkan yang tergelincir,” tapi sekarang ini telah terjadi, aku harus menyerah pada usaha apapun untuk menyelamatkan diri
Ah, ini harus dilakukan - tapi waktu, tolong berlalulah dengan cepat.

“Hei, kau tidak apa-apa?”

Tidak mungkin aku baik-baik saja.
Seluruh tubuhku sakit, aku sangat malu, bagaimana bisa aku…
“Eh?!”
Aku mengangkat kepalaku dan di depanku ada perempuan tadi, tangannya terulur untuk menarikku berdiri.
Kedua mata yang besar tidak lagi menatap kosong seperti sebelumnya, dan dari ekspresinya, tidak tampak seperti dia berencana memanggil polisi untukku.

“T-tidak! Aku baik-baik saja! Aku hanya tersandung dan jatuh, itu saja…a-ahaha…”

Aku mengangkat tubuh atasku yang panik, dan cepat tersenyum dengan paksa.
Meskipun sebuah kelegaan perempuan ini tidak membenciku, kebenarannya tetap seperti itu - Aku telah terjatuh tepat di depannya.
Meskipun tangannya mengulur ke arahku, rasa malu membuatku tidak bisa dengan mudah menerima pertolongannya.
Begitu melihat ekspresi ketakutanku, perempuan itu menatapku dengan penuh tanda tanya.

“Tapi bagiku tampak seperti kau jatuh dengan keras? Itu terlihat sangat menyakitkan.”

Pertanyaan polos perempuan itu seperti bahan bakar yang membuat wajahku panas lebih panas dari saat marah.
Ah, kau benar. Seperti katamu, apa yang terjadi barusan mungkin adalah salah satu dari tiga jatuh terbesar yang pernah terjadi dalam hidupku.

“Aku s-serius tak apa-apa! Aku selalu tersandung seperti ini setiap saat. Aku sudah terbiasa kok.”
Reaksinya terhadap kebohonganku, wajah perempuan itu menjadi lebih gelap.

“Setiap saat? Hm…sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dariku…”

“A-ahaha…”

Oh tidak, terus seperti ini hanya akan sama seperti aku menggali kuburanku sendiri.
Omong-omong, anak ini benar-benar tak kenal lelah.
Mengapa dia berbaring di tanah jika dia masih begitu energik?
Melihat seberapa terang dan bersemangatnya dia, aku tidak bisa membuat diriku untuk memberitahunya “Sebenarnya, aku jatuh karena aku mencoba untuk menolongmu.”

Aku punya perasaan buruk tentang ini.
Hal yang telah terjadi tidak sesuai keinganku, jika aku melanjutkan percakapan ini, situasi pasti akan memburuk kecuali aku mengakhirinya.
Jika rumor mengenai “seorang anak laki-laki terdekat yang ingin menciptakan teknik meluncur sendiri dan kemudian melukai dirinya sendiri” tersebar, akan menjadi buruk.
Ini sudah berlalu cukup lama. Solusi terbaik adalah lari secepat mungkin, bahkan jika itu berarti orang lain akan menganggapku menjijikkan.
Mungkin ini akan meninggalkan bekas luka secara emosional, tapi untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin, sudah tidak ada cara lain.

“…baiklah. Aku mengerti, aku akan memberitahumu yang sebenarnya.” Aku berkata sambil mendesah terengah-engah. Setelah mendengarnya, perempuan itu menatapku dengan kosong

“Yang se-sebenarnya?”

“Itu benar. Sebenarnya…”

Meskipun rasa malu hampir mengambil alih wajahku, aku pastikan tidak akan menunjukkannya di wajahku, dan menarik mulutku tersenyum untuk memaksa baris berikutnya dari naskah keluar.

“Apa yang kau saksikan baru saja sebenarnya aku sedang berlatih sebuah gerakan rahasia, kau tahu. Gerakan seperti itu dapat…mengalahkan semua orang jahat dalam satu serangan.”

Hening.

Sangat hening, hampir menyakitkan.
Taman mendadak jadi tak bersuara rasanya seolah-olah waktu telah terhenti.
Waktunya, sudah waktunya untuk lari. Lebih baik untuk mengambil napas dalam-dalam dan melarikan diri sebelum wajah merahku berubah menjadi lapangan pembakaran rumput
Kemudian, aku akan pulang, dan melupakan semua yang telah terjadi bersama-sama. Aku akan pulang, makan malam, tidur, menemukan cinta, dan hidup gembira dari sekarang.
Namun, tepat saat aku sedang memikirkan tentang bagaimana cara untuk melarikan diri, respon gadis itu sebaliknya membuatku terkejut.

“J-jadi aku benar?!” Sebagaimana perempuan itu berkata, rasa ingin tahunya dengan jelas tertulis di seluruh wajahnya.

“…eh?”

“A-aku ingin tahu apakah yang telah terjadi! K-kau luar biasa! Aku mengerti, jadi begitu ya…! Karena itu sebuah gerakan rahasia, kau tak biasanya memberitahu orang lain tentang itu, 'kan?!”

Terhadap gadis yang kini lima kali lebih tertarik daripada sebelumnya, aku buru-buru memberikan jawaban yang rancu karena panik. “Yah, uh, ya?! Kurasa?!”



Apa sebenarnya yang membuat perempuan ini sangat tertarik?
Meskipun kupikir aku akan memukul keluar, sebaliknya aku seperti malah memukul sebuah homerun.
Benar-benar mengabaikan kenyataan bahwa aku perlahan-lahan menjauh, perempuan itu mendekat ke arahku. Dia perlahan memeriksa sekelilingnya, dan terus mengatakan hal-hal aneh.

“B-beritahu aku rahasiamu. Aku sebenarnya melakukan…itu juga.” 

“Ah, maaf. Apa maksudmu?”

Saat aku berbicara dan bergerak mundur lebih jauh untuk menjaga jarak yang baik antara kami berdua, perempuan itu memeriksa sekelilingnya sekali lagi dan bahkan mengecilkan suaranya.

“Berlatih, kau tahu. Berlatih sebuah gerakan rahasia.”

Perempuan itu memiliki ekspresi serius.
Tapi tetap saja, ekspresi itu tidak ada artinya, karena tidak mungkin apa yang dia katakan bisa dianggap serius sama sekali.
“Huh? Berlatih? … maksudmu, berayun pada jeruji besi?”

Itu adalah satu-satunya hal yang terpikirkan olehku.
Namun, sepertinya aku tepat sasaran. Wajah perempuan itu bersinar saat ia mengatakan, “J-jadi kau tahu!”

Apa yang dia maksud - Aku akan terkejut jika ada seseorang yang tidak mengetahui cara berayun ke belakang di jeruji mendatar.
Lagipula apa hubungannya dengan “gerakan rahasia?”
Tidak, tunggu. Bagaimana jika anak ini…

“M-maksudmu kau pikir berayun pada pada jeruji mendatar adalah sesuatu seperti serangan rahasia…?”

“Yup, kata Ayahku. Katanya ‘Selama kau bisa menguasai berayun ke belakang pada jeruji besi, semua musuhmu akan terbakar oleh kematian.’”

Meskipun dia telah mengatakan hal yang menggelikan, mata perempuan itu tidak ragu sama sekali.

“Bahkan, tadi aku hampir bisa. Tapi aku sudah melakukan berlatih dengan imajinasiku, jadi pasti tidak akan menjadi masalah lain kali.”

“Ah, aku mengerti…”

Aaaah, jadi itu yang terjadi.
Bertingkah seolah ia terluka menjadi bagian dari latihan imajinasi perempuan itu, ya, huh. Aku paham, aku paham.

“…bisakah aku pulang ke rumah sekarang?”

Ekspresiku mungkin tidak bisa diselamatkan oleh senyum lagi, dan yang tersisa semua wajahku telah menjadi putih seperti selembar kertas.
Well, itu tidak mengherankan.
Dalam beberapa menit saja aku telah bertatap muka dengan perempuan ini, berapa banyak energi yang sudah kuhabiskan?
Hampir terasa seperti aku telah menghabiskan energi untuk satu bulan.

“Eh?! Kau akan pulang sekarang?! Bahkan meskipun masih banyak yang mau kutanyakan padamu tentang…”

Kumohon, bebaskan aku.
Berbeda dengan kegembiraan perempuan itu, tubuhku tidak lagi sanggup membahas tentang serangan rahasia.

“Um, ya. Sudah waktunya untukku pulang ke rumah.”

Aku tersenyum saat berbicara, berusaha untuk terlihat seperti anak baik sebisaku.
Meski perempuan itu membuat kebisingan “mm…” dengan berat hati, setidaknya tampak bahwa dia mungkin tidak akan terus menggangguku lagi
Aku melihat jam; sudah lewat 5:30 sore.
Meskipun lebih awal dari waktu yang biasanya untukku pulang ke rumah, hari ini, aku ditugaskan dengan misi untuk membeli sebuah cangkir.
Jika aku menambahkan waktu yang kubutuhkan untuk melakukan itu, sudah waktunya untuk pergi.
Menggunakan kakiku yang tidak keseleo untuk berdiri, berhati-hati aku membebankan berat badanku ke kakiku yang terluka.
Namun, seperti yang kuduga, itu sakit, ternyata aku masih bisa berjalan
Jika ternyata aku tidak bisa berdiri, aku bahkan tidak ingin membayangkan apa yang akan perempuan itu katakan padaku.

“Jadi um, dah, aku pulang sekarang.
Begitu aku berkata demikian, Aku mencoba untuk berjalan pergi secepat kubisa, tapi terus melanjutkan “mm…” nya, ketidakpuasan tertulis di wajahnya.
Melihat dengan dekat, mata yang menatap tepat ke arahku sedikit berkilauan dengan air mata.
Oh tidak, aku harus pergi sebelum situasi menjadi buruk.
Saat aku memaksakan diri untuk tertawa pelan, merasa sedikit bersalah pada saat yang sama, aku menyeret kakiku menuju pintu keluar dari taman

“Hei!”

Seperti halnya aku mulai menjauh, di belakangku, suara perempuan itu terdengar lagi. Apa sekarang?

Sedikit menolehkan kepalaku hingga aku bisa melihat perempuan itu - ekspresi galau dari sebelumnya telah beralih menjadi senyum lembut

“Kau ingin mengobrol bersamaku lagi besok?”

Melihat ekspresinya dan mendengar kata-katanya, aku menjadi panik.
Omong-omong, pernahkah aku membuat “rencana untuk besok” dengan seseorang sebelumnya?
Setidaknya dari ingatan yang aku bisa ingat, aku tidak pernah membuatnya sebelumnya, tidak sekalipun.

Oh tunggu, apa yang kukatakan dengan, “setidaknya dari ingatan yang aku bisa ingat.” Aku hanyalah anak kecil.
Aku bahkan belum hidup cukup lama untuk mempunyai ingatan yang terlupakan.

“Oke, kita akan bertemu di sini lagi besok,” kataku.

Aku kembali berbalik, dan meninggalkan taman.
Kenapa aku sengaja memberikannya jawaban yang dingin? Bahkan aku tidak bisa mengerti.
Pergelangan kakiku sakit setiap kali aku melangkah di jalan beton, tapi rasa sakit ini, disebabkan oleh peristiwa panjang yang terjadi hari ini, karena alasan tertentu juga bisa dianggap lucu oleh orang lain.
Aah, kuharap aku tidak perlu merasa sakit lagi besok. Saat aku dengan kikuk mencoba untuk menyembunyikan yang benar-benar kurasakan, aku terus perlahan-lahan berjalan ke depan.

Sebelum aku menyadarinya, langit sudah diwarnai oleh warna bersinar matahari terbenam.
Terus-menerus mengubah tangan yang memegang tas untuk mencegah merasakan kesemutan di lenganku dan melindungi kakiku yang terluka sambil berjalan; Aku cukup terampil, iya 'kan?

“Bagus sekali aku tidak terlihat buruk.”

Setelah membeli cangkir yang sesuai dari toko tedekat dari stasiun, aku sekarang menuju ke rumah, bersamaan menyeret kakiku yang sakit.
Meskipun sakit kakiku menyebabkan sedikit menyusahkan, tetapi jika aku bisa duduk ketika aku sampai di rumah, aku akan baik-baik saja
Selain itu, karena rasa sakit di kakiku, aku sampai lupa tentang keadaan pipi kananku.

Karena itu, saat aku mencari cangkir dan kemudian asisten toko bertanya, “Apa yang terjadi pada wajahmu?”, aku menjawab “Apakah aku sejelek itu?”

Serius, ini adalah kesalahan perempuan itu. 
Ketika kami bertemu besok, aku harus menemukan cara untuk balas dendam.

Sementara aku memikirkan hal pahit itu, aku terus berjalan
Berjalan di jalan yang kukenal, memutar pada persimpangan yang familiar, melewati tikungan biasanya; tempatku tinggal sudah tepat di depan mataku.
Seperti biasa, aku masuk melalui pintu utama, menaiki tangga besi, dan menuju ke ruang terjauh di belakang di lantai dua.
Mungkin karena bangunan ini tidak terlalu bersih, semenjak tetangga kami pindah akhir bulan lalu, semua kamar terutama pada lantai dua menjadi kosong.

Bahkan meski Ibuku mengatakan, “Ini bagus - sekarang kita tidak perlu membuang-buang energi kita untuk mengeluhkan para tetangga,” tapi bagiku, seseorang yang menghabiskan setiap malamnya sendiri, sejujurnya ini sedikit menyeramkan.

Sebenarnya, aku sangat tidak suka dengan yang berhubungan dengan hal mistis.
Tapi Ibuku tampak benar-benar menyukainya, selalu menonton acara seperti “Spesial: Hantu Musim Panas” dengan mendengar namanya saja, sudah membuatku jadi merinding - itu adalah satu-satunya hal yang aku harap Ibu akan berhenti lakukan.
Terutama pada episode rumah sakit yang ditinggalkan…aaaah, aku harus mencoba tidak memikirkan hal itu. Pikirkan tentang hal-hal menyenangkan, hal-hal menyenangkan…

“Meski, tak banyal hal-hal menyenangkan yang bisa kupikirkan.”

Setelah berjalan melewati tiga pintu kamar kosong, akhirnya aku bisa melihat pintu rumahku sendiri.
Meskipun aku tidak tahu waktu secara tepat, dilihat dari posisi matahari, aku kembali ke rumah pada saat aku biasanya pulang.
Namun, hari ini, juga salah satu bagian dari rutinitas normalku yang berlangsung.

“Sangat aneh, pintu terbuka.”

Aku berjalan di depan pintu rumahku yang sangat jelas terbuka.
Mungkin karena memang desainnya, pintu itu tidak akan terkunci kecuali tertutup dengan benar; tapi tentu saja, Ibu tahu tentang hal itu.

“Apakah karena dia terburu-buru?”

Tanpa benar-benar memikirkan hal itu, aku meletakkan tanganku di gagang pintu.
Bahkan sampai aku mengangkat kepalaku setelah berjalan ke dalam ruangan, aku masih memikirkan beberapa hal tidak berguna seperti “Besok, aku harus memastikan menutup pintu dengan benar.” Seorang idiot sepertiku tidak bisa diselamatkan, bahkan dengan obat.

Ketika aku akhirnya mengangkat kepalaku, terdapat dua orang dewasa dalam ruangan yang bersinar dengan oranye gelap.
Salah satu dari mereka adalah ibuku, mengenakan pakaian kerja yang cantik.
Satunya lagi seseorang yang aku tidak pernah lihat sebelumnya, pria bertubuh besar mengenakan sebuah topeng dan kaos yang kotor.

“Eh…”

Kenapa ibu belum pergi untuk kerja?
Apakah Ibu, yang selalu menolak untuk membawa tamu, telah mengundang pria ini ke sini?
Jika demikian, mengapa ibu - mulutnya disumpal oleh kain, bersamaan kedua tangannya terikat - berbaring di lantai sambil menangis?
Dan kenapa pria ini memegang perhiasan berharga Ibu dengan tangannya yang kotor?
Jawabannya simpel.

Tapi ketika aku akhirnya menyadarinya, semua sudah terlambat.
Tangan kanan pria itu melesat diam-diam, menangkap dan menarik kaosku kemudian melemparku ke arah tengah ruangan.

“Ah!”

Tidak bisa mendarat dengan baik, punggungku menghantam pada papan lantai.
Pandanganku kabur, dan rasanya seolah-olah ada satu ton kamera berkedip di depan mataku bersamaan.
Aku tidak bisa bernafas.
Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku bahwa aku pernah merasakan sakit seperti ini.
Pikiranku kacau - aku hanya mengulurkan tangan kananku untuk mengangkat tubuhku, tapi tetap saja gagal.
Berbaring di atas lantai, Ibu membuat suara yang tampak seperti merintih.
Ada apa? Apa yang Ibu ingin teriakan?
Apa sebenarnya itu…

Pandanganku yang buram melesat di sekitar ruangan, dan mendarat di perhiasan yang berada di tangan pria yang hendak pergi.
Ya, itulah
Perhiasan itu apa yang ibu hanya mampu peroleh setelah dia bekerja keras setiap hari.
Dan pria ini hendak mengambilnya
Kau benar, Ibu. Jika hal seperti ini terjadi, sangat masuk akal untuk berteriak.
Tepat pada saat itu, lengan kananku akhirnya memiliki tenaga untuk berfungsi dengan baik lagi.
Tangan kananku yang menempel di lantai, mengangkat tubuhku ke atas.
Setelah berdiri, aku dengan marah menyuruh pria itu.

“B-berikan itu kembali…itu bukanlah….milikmu.”

Namun, bagian yang penting adalah bahwa tenagaku terkuras sampai aku tidak bisa berpikir jernih
Pria itu meludah marah, dan dengan kuat meraih lenganku untuk melemparku lagi.

“Ugh…!”

aku tidak bisa tinggal diam sama sekali, dan terbaring kembali ke lantai.
Tidak dapat bernafas, penglihatanku kabur, aku tidak bisa lagi berdiri.

Aku tidak bisa berhenti gemetar, dan setelah beberapa saat, aku mendengar suara sebuah logam tajam yang dikorek.
Meskipun aku tidak bisa melihat apa itu, tapi dari jeritan Ibu aku bisa menebak suara apa yang dimaksud.
Aku pikir ibuku, yang jarang memasak - dan mendadak ia tiba-tiba membeli satu set pisau yang berkelas tinggi.
Seperti yang kuduga, pisau itu tidak pernah digunakan, dan telah ditempatkan dengan hati-hati di dapur. Suara barusan paling mungkin adalah salah satu dari sekian pisau yang ada.
Pada dasarnya, pria itu berencana membunuhku sebelum aku mencoba untuk menyerangnya lagi
Setelah semua, tidak dibutuhkan lebih dari satu tusukan untuk menjerumuskanku ke dalam kegelapan abadi. Itu gampang.
Wajahku menempel di lantai papan, aku bisa dengan jelas merasakan bahwa jejak pria itu semakin dekat dan lebih dekat ke arahku.
Dalam beberapa menit, aku mungkin akan mati. Menjelang saat itu, aku tidak merasa takut sama sekali, juga tidak ingin kutolak.
Meskipun demikian, aku tidak bisa hanya terus terbaring di sini.
Menggunakan semua yang aku miliki dalam diriku, meskipun aku hanya bisa tersedak mengeluarkan nafas amat pendek, aku berhasil berdiri.
Meskipun aku telah melalui begitu banyak rasa sakit hari ini, tapi tubuhku tidak bisa lagi merasakan sinyal rasa sakit yang terkirim.
Pada tangan kanan pria di depanku, seperti yang kuduga, sebuah pisau dapur merek baru.
Pada saat itu, hanya mengandalkan dua tanganku untuk menyerang pria ini tidak mungkin.
Pada saat yang sama, semua rencana yang aku pikir akan menyebabkanku kesakitan jika gagal.
Tapi itu tidak penting; Aku tidak harus melakukan hal tersebut. Aku hanya perlu sedikit waktu untuk membuat pria ini tidak bisa bergerak.
Aku melirik Ibu, air mata dari matanya, meneriakkan sesuatu yang tidak bisa kumengerti.

Maaf, Ibu. Aku mungkin tidak bisa untuk merebut perhiasanmu kembali
Maaf telah menjadi sangat tidak berguna dan bodoh.

Tetapi bahkan jika itu berarti hanya Ibu yang akan dapat melarikan diri, aku masih bisa menghentikan pria ini
Setidaknya, setidaknya aku berharap bahwa pada akhirnya, meskipun hanya sekali, kau berpikir “Aku sangat bersyukur telah melahirkan anak itu.”

Aku berbalik menghadap orang itu, mengambil napas dalam-dalam, dan berlari menuju ke pria sejalan aku melihat…
…setidaknya itulah yang aku telah rencanakan tadi.

Dalam sepersekian detik, tubuh laki-laki itu sudah terhempas ke dinding.
Pisau dapur, yang tidak baru lagi, dengan dalam tertanam ke dada Ibuku.
Arti dari apa yang kulihat tidak dapat kupahami.
Aku hanya bisa menatap kosong ibuku menggeliat kesakitan,  matanya tampak seperti dia memiliki sesuatu yang ingin dikatakan padaku.
Saat pria itu menarik pisau kembali dari tubuh Ibuku dan darah segar menyiprati segalanya, sesuatu dalam pikiranku tersentak.

Meskipun aku tidak bisa lagi mendengar apa-apa, aku tahu kalau aku meneriaki sesuatu dengan keras.
Tapi, saat aku meronta-ronta ke arah pria itu - dan dia menikam pisau ke perutku - sampai saat aku jatuh ke kakinya, tidak banyak waktu telah berlalu

Aku, yang pingsang di samping Ibuku, merasa seperti aku tenggelam dalam air es yang dinign. Perasaan aneh menyelimutiku.
Ibu, mulutnya tersumpal, air mata mengalir dari wajahnya, hendak ingin mengatakan sesuatu padaku sebelum dia mati. Tapi hingga hari ini, aku masih tidak tahu apa yang Ibu ingin katakan padaku.

Di depanku adalah sebuah jalan yang aku tidak pernah lihat sebelumya.

Tidak ada satupun hal-hal yang aku tahu dari yang kulihat.

Ini adalah 「malam hari.」

Anak-anak sepertiku…tidak,「anak-anak」seperti kita, - tidak mengetahui apa itu 「malam hari」sebenarnya.

Dunia para orang dewasa, dipisahkan oleh siang hari yang meluap dengan cahaya

Kita tidak bisa mengambil selangkahpun ke dalamnya; itu dunia yang hanya orang dewasa bisa masuk.

Itu adalah dunia yang selalu mengambil Ibu pergi, dunia yang gelap.

…Aku membenci「malam hari.」

Setiap aku melangkah, suara langkah kakiku di atas beton yang dipantulkah oleh bangunan yang gelap gulita, membuat gema yang sangat tidak menyenangkan.

Setiap kali lampu neon di tepi penglihatanku menyala, aku merasa seolah-olah aku telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya, dan memalingkan muka dengan malu.

Aku begitu muak aku merasa seperti akan muntah.

Meskipun aku merasakan gelombang sensasi yang mirip dengan rasa mual, aku masih terus berjalan di sepanjang jalan setapak yang menuju entah kemana.

***

“Ini tidak bagus, mengapa kau datang di tempat seperti ini?”

Entah dari mana di dekatku, suara samar berbisik

“Kau masih anak-anak, benar?  Kau tidak mengetahui 「malam hari」sama sekali. ”

“Jangan berbicara seperti kau memandangku rendah. Kau tak tahu apapun tentangku”

“Aku tahu segalanya. Karena aku orang dewasa.”

Aku perlahan mulai untuk membenci suara di dekatku yang tampak terjebak di suatu tempat.

“Jangan memperlakukanku seperti anak kecil.”

Seperti yang kukatakan, suara berbisik itu mulai membuat suara aneh.

Suara itu tampak seperti tertawa, tetapi juga menyerupai desis ular.

“Kau tidak mengerti sama sekali. Melihatnya saja aku sudah tahu bahwa kau telah menyimpang ke arah yang salah. Dengar. Singkatnya, kau tidak mengerti hal yang paling penting.”

Suara berdesis jadi lebih keras dari sebelumnya, dan suara berbisik hampir sepertinya melekat pada telingaku.

“Hal paling penting?”

Setelah aku mengatakannya, suara “tap tap tap” langkah kaki tiba-tiba terhenti, meskipun fakta bahwa aku belum berhenti berjalan.

Terkejut, aku melihat sekelilingku - pada lampu neon yang berkedip-kedip, pada dinding bangunan, bahkan bulan mengambang di langit - tapi tidak ada satu jiwa pun di sekitar.

Apa yang sedang terjadi? aku berteriak keras, tapi bahkan tidak bisa mendengar suaraku sendiri.

Kegelapan tak berbentuk, tanpa sepotong kecil cahaya pun. Bahkan tubuhku, yang ketakutan, seolah menjadi bagian darinya.

“Kau tidak dapat melihat, iya 'kan? Di sini tersembunyi 「kebohongan.」”

Bisikan itu tampaknya berasal dari tubuhku sendiri.

“Orang dewasa mengubur 「kebohongan」 mereka dalam kegelapan. Ini adalah bagaiamana mereka melindungi hatiku mereka.” 

Aku tidak bisa memahami kata-kata yang dikatakan. Aku merasa sakit, itu terlalu menyakitkan. Tolong biarkan aku pergi.

“Apa kau mengerti, anak muda? Itulah 「malam hari.」dunia para orang dewasa yang kau tidak tahu apapun tentangnya.”

…bagaimanakah sebenarnya orang dewasa.
Kenapa Ibu dan dunia ini…

“Apa kau ingin tahu? Jika kau ingin, kemudian lupakanlah mengenai hatimu yang murni.”

Lupakan mengenai hatiku?

“Itu benar. Pada 「malam hari,」ada kesendirian tak berbentuk dan kegelapan tak berbentuk, kau tidak perlu sesuatu seperti itu. Hal yang butuhkan hanya 「kebohongan.」”

Aku akhirnya mulai kehilangan kesadaran.
Terasa seperti seluruh diriku telah berbaur dengan kegelapan.
Sebelum kesadaran sekilas benar-benar hilang, hanya ada satu kalimat, terakhir yang aku dengar, diukir ke hatiku yang perlahan-lahan menghilang.

“Tipulah semuanya, anak muda.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar